Tangannya demikian halus serta lembut, ahh, terasanya di surga. Aisya yang tidak tahu apa-apa cuma membalas permainan lidahku sedapatnya, matanya terlihat sayu dibalik kacamata yang membuatnya lebih manis itu. Pinggulnya maju mudur ikuti genjotan kontolku di memeknya yang suci itu. Deras sekali hujannya, tidak berhenti berhenti dari barusan siang. Berniat aku cuma menyorot badannya saja serta buat demikian rupa supaya wajahku tidak turut terekam, Ohh, pintarnya aku. Namun tanpa ada kuduga, Aisya mendadak berdiri sampai aku juga lepas dari kekhusyukan wiridku. Ia menyilangkan kaki, hingga rok panjangnya sedikit tertarik ke atas serta memerlihatkan sedikit sisi betisnya yang ditutupi oleh kaos kaki berwarna putih. Tangan kiriku menggenggam erat tangan kanan Aisya serta sedikit menelikungnya ke belakang.
nest...